Jumat, 10 Juni 2016

2 REVIEW Buku Pempek Palembang | PENULIS : Sumarni Bayu Anita, S.Sos., M.A.

  
REVIEW BUKU PEMPEK PALEMBANG
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Penulisan Kreatif
yang dibina oleh Ibu Sumarni Bayu Anita, S.Sos., M.A

SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN POLITIK
CHANDRADIMUKA PALEMBANG
2016

A.     IDENTITAS

Judul Buku
:
Pempek Palembang : Mendeskripsikan Identitas Wong Kito Melalui Kuliner Lokal Kebanggan Mereka
Penulis
:
Sumarni Bayu Anita
Penerbit
:
Leutikaprio
Cetakan
:
Pertama, Maret 2014
Jumlah Halaman
:
Xii + 190 hlm.; 13x19 cm



B.     PENDAHULUAN
Buku yang ditulis oleh Sumarni Bayu Anita merupakan buku pembuatan pertama. Pada buku kali yang di tulis oleh Sumarni Bayu Anita memiliki banyak pengetahuan yang ada di Palembang melalui kuliner dan untuk memberikan dalam menemukan sumber informasi tentang cara mengadakan yang ada di dalam buku. Selain itu, Sumarni Bayu Anita mengulas berbagai macam cara penelitian beserta dengan contohnya. Semoga apa yang disampaikan dalam mereview ini dapat bermanfaat kepada pembaca mengenai apa yang di tulis oleh Sumarni Bayu Anita.

A.    Ringkasan Bab
Edisi Pertama dari buku Sumarni Bayu Anita mengenai Pempek Palembang ini terdiri atas 5 bab.  Buku ini merupakan isi tentang dekripsi kuliner melalui pempek yang ada di Palembang. Menurut Sumarni Bayu Anita buku ini di ciptakan untuk menambah pengetahuan tentang Palembang beserta isinya.
Dari lima bab dalam buku Sumarni Bayu Anita adalah sebagai berikut:

Bab 1 : Pendahuluan
-          Pempek : Kuliner Khas Palembang
-          Kajian Tentang Makan dan Makanan
-          Teori Identitas Melalui Makanan
Bab 2 : Wong Kito dan Kotanya
Bab 3 : Wong KIto dan Kulinernya
Bab 4 : Wong kito dan Pempeknya
Bab 5 : Penutup

Adapun uraian singkat dari masing – masing bab, akan direview sebagai berikut :

Bab 1 :
            Pempek : Kuliner Khas Palembang
Pempek merupakan salah satu kuliner khas sumatera selatan umumnya dan Palembang khususnya. Menurut Made Astawan (2010), pempek adalah produk pangan tradisional yang dapat digolongkan sebagai gel ikan, sama halnya seperti otak-otak atau kamaboko di jepang.
            Bagi masyarakat Kota Palembang dengan luas wilayah 400,62  dan jumlah penduduk sekitar 1.451.776 jiwa ini, pempek dapat dimakan setiap saat, khususnya sebagai makanan selingan, tanpa mengenal waktu. Pempek terbuat dari bahan dasr ikan giling, tepung sagu, air, dan garam ini seelain memiliki nilai budaya juga memiliki nilai ekonomi dan gizi yang cukup tinggi. Kandungan gizi pada pempek adalah protein, lemak, dan karbohidrat yang diperoleh dari ikan dan tepung sagu. Ikan yang digunakan untuk pembuatan pempek sejatinya adalah ikan belida. Namun, karena semakin langka ikan purba yang mendiami sungai musi menjadikan banyak variasi ikan yang bisa dijadikan bahan untuk membuat pempek.
            Definisi sebagai wong kito semakin menguat seiring dengan perilaku tetap mengkonsumsi pempek meskipun sedang tidak berada di Palembang. Bahkan, bila kepribadian wong Palembang semakin tinggi untuk lebih menyukai pempek mereka memilih langsung diprduksi dari Palembang ketimbang dari kota-kota lain. Kenyataan ini berdampak pada terjadinya penguatan identitas kuliner yang berasal dari Palembang.

            Kajian Tentang Makan dan Makanan
            Makana sebagai pembentuk identitas. Identitas etnik dalam hal ini dapat dikenali dari masakan etnik yang punya karakteristik rasa khsusus. Contohnya, makanan minahasa ditandai dengan banyaknya pengunaan cabe dalam mengelolah daging anjing, tikus, atau kelelawar. Kuatnya rasa cabai, bahkan menghilangkan rasa daging itu sendiri(weichart,2004:67). Makanan yang dianggap sebagai lambang identitas suku bangsa atau nasional adalah makanan yang berasal atau dianggap dari kelompok itu sendiri.

            Teori Identias Melalui Makanan
            Dalam perkembangan kebudayaan, dengan adanya kontak-kontak social, ekonomi, udaya, dan politik. Adapun tiga bentuk menurut koentjaraningrat(1986), anta lain :

1.      Cultural system
2.      Social system
3.      Material culture
Ketiga bentuk kebudayaan itu merupakan satu system yang sangat erat kaitannya satu sama lain.
1.      Identitas
Identitas bukanlah lawan dan perbedaa, namun tergantung pada perbedaan. Dalam hubungan social, bentuk-bentuk perbedaaan yang berkarakter simbolis dan social ini dimapankan, paling tidak untuk sebagaian, lewat proyek bernama system penggolongan. Berikut akan ditelaah lebih jauh pentingnya penggolongan dalam budaya dan makna, dengan kasus sehari-hari, yaitu makanan.
2.      Identitas Melalui Makanan
Masakan adalah cara yang paling universal untuk mengubah sesuatu dari alamiah menjadi budaya. Masakan juga sebuah Bahasa yang lewatnya kita berbicara tentang diri kita dan tempat kita di dunia.
Mengonsumsi makana juga bisa mempunyai dimensi politis. Semua makanan, demikian pendapatnya, bisa dibagikan kedalam skema pengolongan ini.
( MENTAH > MASAK > BUSUK )

Bab 2 :
            Wong Kito dan Kotanya
            Identitas disini bekanlah esensi namun lebih dimengerti sebagai konstruksi, sesuatu dimana individu bertanggung jawab atas pembentukannya. Identitas kemudian dapat menjadi sebuah proses negosiasi dalam kemejemukan, sebuah strategi yang mana identitasnya senantiasa dalam gerak perubahan, berada dibawah paying daya-daya kultural dan social yang melampaui batasan-batasan kebangsaan, ras, kesukuan, agama, dan gender. Demikian halnya yang terjadi pada penduduk asli atau bumi putra yang berada dikawasan kota Palembang, sumatera selatan yang dikenal dengan sebutan wong kito.
            # Migrasi Perantauan Menuju Palembang
            Menurut pendapat para ahli, pada periode 40.000 tahun yang lalu jenis manusia purb meganthropus, pithecanthropus dan jenis homo telah mengalami kepunahan (Utomo, 2012). Proses migrasi awal menunjukan bahwa populasi kepulauan Indonesia berasal dari bangsa Australia Melanesia (Australoid) Mongoloid ( Atau lebih khusus lagi adalah mongoloid selatan. Setelah itu dating lagi gelombang migrasi kedua, yaitu bangsa melayu, protomelayu atau melayu tua yang berasal dari yunan atau wilayah provinsi cina bagian selatan.
            Hal ini juga menyebabkan kota Palembang memiliki beberapa wilayah yang menjadi ciri khas dari suatu komunitas, seperti kamoung Al Munawaar, Kampung Assegaf, Kampung Al habsyi, kuto batu, Kampung Jamalullahi, dan Kampung Alawiyyin yang merupakan wilayah komunitas Arab serta kampong kapitan dan rumah rakit di sungai Musi sebrang ulu yang merupakan wilayah komunitas cina.
            # Hibriditas Ras CIna di Palembang
            Pendatang cina terduga masuk Palembang pada masa kehancuran Kerajaan Sriwijaya sampai sebelum Kerajaan Palembang berdiri, atau tepatnya pada tahun1365-1407. Dengan watak sebagaia pedagang, maka mereka lahir kembali sebagai pedagang di Palembang.
            # Siapo Wong Kito?
            Kata Wong yang berarti orang jelas sebuah berasal dari Bahasa jawa. Hal ini ditengarai bila para pemimpin terakhir orang Palembang sebelum kolonialisme dating terbingkai dalam system kekuasaan feodalisme kesultanan Palembang Darussalam yang merupakan manusia-manusia dari tanah jawa. Sementara orang Palembang menyebut diri mereka sebagai wong kito atau wong kito galo. Sebutan wong kito galo menjadi lebih lekat didengar sejak tim sriwijaya fc Palembang Berjaya memenangkan pertandingan tingkat nasional.
            Ada tiga hal yang bisa membuat seseorang itu bisa disebut sebagai orang Palembang, yakni dari garis keturunan, dimisili, dan perkawinan.
           


# Sejarah Kota Palembang
            Menurut prasasti yang berangka tahun 16 juni 682 masehi, saat itu penguasa Sriwijaya Dapuntahi yang medirikan wanua(perkampungan) di daerah yang sekarang dikenal sebagaiKota Palembang.
            Berdasarkan topografinya, kota ini dikelilingi olehair, bahkan terendam oleh air yang bersumber baik dari sungai maupun rawa, juga air hujan.
            Factor inilah yang membuat Palembang menjadi ibukota Sriwijaya, yang merupakan kekuatan politik dan ekonomi di zaman klasik Asia tengara.
1.      Masa Kerajaa Sriwijaya
2.      Masa Perampok Cina
3.      Masa Kesultanan Palembang Darussalam
4.      Masa Kolonialisme Belanda
5.      Masa Penduduk Jepang
6.      Kota Palembang Kini (Dibawah Naungan NKRI)

Bab 3 :
            Wong Kito dan Kulinernya
            Arthur Asa Berger(2005) yang menyatakan bahwa makanan bisa menjadi salah satu tanda yang menyatakan identitas nasional, demikian halnya dengan makanan-makan yang berasal dari Kota Palembang yang juga menjadi salah satu pendukung varian kuliner nusantara.
           

# Kuliner Palembang dan budayanya
            Kebanggan wong Palembang terhadap keragaman kulinernya juga ditunjukkan oleh beberapa tokoh Palembang. Sebut saja Marzuki alie, Hatta Rajasa dan Alex Noerdin yang kompak memperkenalkan makanan khas Palembang di event “The Ancient Heritage Of Sriwijaya” yang berlangsung di Jakarta.
            # Pempek: Hibriditas Kuliner Wong Kito
            Bagi wong kito, saat mendenger kata pempek maka yang otomatis mereka rasakan, bayangkan, dan pikirkan adalah kenikmatan konsumsi pempek dan cukonya itu sendiri sekaligus visualisasi Kota Palembang yang terlintas di otak dan benak mereka.
            Dari terminology penamaan pempek sendiri ada dua versi cerita, yakni :
1.      Pempek berasal dari kata “apek”, yang dalam Bahasa cina berarti laki-laki tua yang diceritakan sebagai orang yang pertama kali menjual panganan yang terbuat dari ikan dan tepung sagu di sekitar Sungai Musi.
2.      Pempek berasal dari kata “dimpek-mpekkan”, yang dalam Bahasa Palembang adalah istilah cara membuat panganan yang terbuat dari ikan dan tapioca itu sendiri yang “dimpek-mpekkan”(diuleni berulang kali).
# Pempek dalam kaca mata straussian
Masakan adala cara yang paling universal untuk mengubah sesuatu dari alamiah menjadi
budaya.
1.      Tataran Bahan Mentah
2.      Tataran Proses Memasak Pempek
# Pempek: Aspek Penamaan dan Karakteristik
Dipahami art nama bagi kita masih dianggap penting Karena dari nama tersebut kita dapat
Meneliti sejarah nama itu atau mungkin kita dapat menarik kesimpulan apa dan mengapa nama tersebut diberikan. Namun, seperti penamaan untuk Palembang sendiri, nama untuk pempek ini sesungguhnya ikut menjelaskan tentang karakteristik orang Palembang.
            Berikut, kita dapat mengira bahwa nama-nama tersebut muncul hanya karena alesan-alesan yang sederhana.
1.      Pempek Besar
Ada dua golongan sebagai pempek besar, yakni pempek lenjer dan pempek kapal
selam.
2.      Pempek Kecil
Ada tujuh jenis pempek yang digolongan sebagai pempek kecil, yakni:
1.      Lenjer kecil
2.      Telur kecil
3.      Keriting
4.      Pistel
5.      Adaan
6.      Tahu
7.      Kulit
3.      Pempek panggang
Terdiri dari : pempek panggang, pempek lenggang, Otak-otak.
4.      Pempek Non-ikan
1.      Dos lenjer
2.      Belah
3.      Dos telur kecil
4.      Dos pistel
5.      Dos isi udang
6.      Dos nasi
7.      Pempek udang
8.      Pempek gandum
5.      Penganan Turunan Pempek
1.      Tekwan
2.      Model
3.      Laksan
4.      Celimpungan
5.      Rujak mie
6.      Kempalng dan kerupuk

Bab iv
Wong Palembang dan Pempeknya
Makanan pokok wong Palembang itu pempek,” menjadi kalimat identitas yang kerap kali
muncul laksana segurat hokum alam yang akan selalu dikenakan bagi mereka yang mau dikatakan sebagai wong Palembang.
# Pempek: Produk Budaya Vs Produk Pasar
Sejak kecil pempek diperkenalkan dirumah oleh ibu, ditemui dikantin sekolah, kampus,
kanto dan pasar. Pempek juga dapat dijumpai di tokok-toko, diemperan, dan ada juga yang menjual dengan cara berjalan masuk ke perkampungan sambil bersepeda, sambil membawa rantang, atau sambil membawa bakul.
# Pempek kelas atas sebagai wacana dominan
Dari identifikasi model ini, nyatanya pempek bagi wong Palembang memang menciptakan
kelas-kelas yang berdampak pada perilaku meraka sendiri dalam mengkonsumsinya.
Segi harga merupakan identifikasi kelas paling mudah untuk membedakan pempek-
pempek yang dijual di Palembang. Harga yang tertara di table pembedaan kelas pempek sendiri merupakan patokan harga untuk sebuah pempek kecil, yakni bawah (Rp500-Rp1.000), menengah //9Rp1.000-Rp3.000), dan atas (Rp3.000 ke atas). Harga ini muncul disebabkan karena bahan pempek itu sendiri, yakni jenis dan takaran ikannya, juga dengan melihat tempat dimana pempek itu dijual.
# Relasi Kuasa Antara Wong Kito dan Wacana Dominan Atas Pempek.
Pempek merupakan sebuah makanan rakyat yang lahir dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat, tetapi pada saatu pempek berkembang sekarang, dia tidak dilihat lagi sebagai makanan yang menyuarakan semangat perjuangan atas pihak lemah tersebut, malahan pempek menjadi gaya hidup kaum menengan atas dengan menganggapnya sebagai sebuah makanan mahal dan sulit dibuat.
            # Pempek sebagai konstruksi Identitas kultural Wong Kito
            Pempek adalah sumber bagi kontruksi identitas kultural sebagaimana wongkito menjalankan identitas kultural dan kompetensi kultural mereka untuk men-decode jenis pempek dengan cara tertentu.
            Berikut ini visualisasi tempat-tempat jualan pempek untuk memperkuat gambaran mengenai hal ini.
1.      Pempek Kantin Sekolah
2.      Pempek Gerobak atau Kaki Lima
3.      Pempek mamang sepeda
4.      Pempek rantang
5.      Pempek pasar
6.      Pempek took kecil
7.      Pmepek hypermarket
8.      Pempek restoran
9.      Website-website pempek online

# Pempek Bagi Wong Kito: Pendefinisian Ulang dan Reproduksi
Pempek sebagai identitas wong kito juga dapat ditinjau memalui bagaimana merekamelakukan pendefinisian ulang dan reproduksi atas pempek melalui pernyataan dalam bentuk symbol, gambar, atau pantun yang dapat dilihat dari kreatifitas mereka mengubah lagu mengenai Pempek Kapal Selam.
1.      Penjual pempeknya harus wong Palembang
2.      Bahan baku pempeknya berasal dari Palembang
3.      Standart pengelolahnya sama seperti pempek di Palembang
# Pempek pemersatu Wong Kito
Tidak hany menjadi makanan fisiologis semata, namun lebih dari itu. Pempek bagi wong
Palembang juga mengandung nilai-nilai kebersamaan, kebanggaan, dan jati diri.
            Selain sebagai pemersatu, pempek bagi wong Palembang juga dapat digunakan sebagai kontruksi dalam membangun identitas ke-lokal-an mereka.


Kelebihan dari buku Pempek Palembang, antara lain :
1.      Menambah pengetahuan tentang kuliner khusunya pempek Palembang.
2.      Menambah pengetahuan tentang asal mula kota Palembang melalui kerajaan di jaman kejayaan kesultanan.
3.      Memberi pelajaran dalam membuat pempek
4.      Dan buku ini juga tidak hanya tentang pempek ataupun kotanya tetapi ini memnjadi bagian bahwa buku ini memberi tahu bahwa pempek adalah identitas dimana makanan itu lahir.

Kekurangan dari buku Pempek Palembang, antara lain :
Buku ini diterbitkan karena sudah cukup baik untuk di sebarkan oleh karena itu kekurangan dalam buku ini sulit untuk menemukannya.



           


2 komentar:

Unknown mengatakan...

Halo, saya mau nanya kalau boleh tahu dimana saya bisa mendapatkan buku ini? Trims

Mas Gatod mengatakan...

Mau Pesen Pempek Candy Palembang?

Posting Komentar