Sabtu, 11 Juni 2016

1 REVIEW BUKU ETIKA dan FILSAFAT KOMUNIKASI


REVIEW BUKU ETIKA dan FILSAFAT KOMUNIKASI
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Penulisan Kreatif
yang dibina oleh Ibu Sumarni Bayu Anita, S.Sos., M.A

SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN POLITIK
CHANDRADIMUKA PALEMBANG
2016

A.     IDENTITAS

Judul Buku
:
Etika dan Filsafat Komunikasi
Penulis
:
Muhamad mufid
Penerbit
:
Kencana
Cetakan
:
Pertama, 2009
Jumlah Halaman
:
Xiv, 314hlm 13,5 x 20,5

A. Pengertian Etika

etika berasal dari bahasa Yunani ethos. Yang berarti tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, perasaan, cara berpikir. Etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Sifat dasar etika adalah sifat kritis. Etika bertugas:

- Untuk mempersoalkan norma yang dianggap berlaku. Diselidikinya apakah dasar suatu norma itu dan apakah dasar itu membenarkan ketaatan yang dituntut oleh norma itu terhadap norma yang dapat berlaku.

- Mengajukan pertanyaan tentang legitimasinya. Norma yang tidak dapat mempertahankan diri dari pertanyaan kritis dengan sendirinya akan kehilangan haknya.

- Mempersoalkan pula hak setiap lembaga seperti orang tua, sekolah, negara, dan agama untuk memberikan perintah yang harus ditaati.

- Memberikan bekal kepada manusia untuk mengambil sikap yang rasional terhadap semua norma.

- Menjadi alat pemikiran yang rasional dan bertanggung jawab bagi seorang ahli dan siapa saja yang tidak mau diombang-ambing dengan norma yang ada.

Etika disebut filsafat moral. Berbicara mengenai tindakan manusia dan kaitannya degan tujuan utama hidupnya. Membahas baik-buruk atau benar-tidaknya tingkah laku dan tindakan manusia serta sekaligus menyoroti kewajiban manusia. Mempersoalkan bagaimana manusia seharusnya berbuat atau bertindak. Etika dibedakan menjadi etika deskriptif dan etika normatif. Etika normatif memberikan gambaran Dari gejala kesadaran moral, dari norma dan konsep etis. Tidak membicarakan lagi tentang gejala. Tetapi, tenatng apa yang sebenarnya menjadi tindakan manusia. Etika normatif, norma dinilai dan manusia ditentukan.

B. Hubungan Filsafat dan Etika

Filsafat adalah seperangkat keyakinan, sikap, cita-cita, aspirasi, tujuan, norma, dan aturan etis. Florence Kluckholn mengidentifikasi sejumlah orientasi yang berkaitan dengan masalah kehidupan dasar:

- Manusia berhubungan dengan alam, dlaam arti mendominasi, hidup dengan alam

- Manusia menilai sifat manusia sebagai baik, campuran baik dan buruk

- Manusia hendaknya bercermin pada masa lalu, masa kini, dan masa mendatang

- Manusia lebih menyukai aktivitas yang sedang dilakukan, akan dilakukan, telah dilakukan

- Manusia menilai hubungan dengan orang lain

Orientasi nilai ini berbeda dianatar berbagao kebudayaan dan subbudaya dalam masyarakat. orientasi nilai budaya dinyatakan dalam konsep, sikap, harapan orang yang bersangkut paut dengan diri mereka sendiri, khususnya sebagai bagian dari peranan sosial yang mereka anut dalam masyarakat.

Nilai-nilai mempunyai tingkatan:

- Nilai akhir: demokrasi, keadilan, persamaan, kebebasan, kedamaian, dan kemajuan sosial

- Nilai tingkat menengah: kualitas keberfungsian manusia, keluarag ayang baik, pertumbuhan, peningkatan kelompok, masyarakat yang baik

- Nilai tingkat tiga: nilai instrumental yang mengacu pada ciri perilaku dari lembaga sosial yang baik, pemerintah yang baik, professional yang baik.

- Nilai dan norma yang telah diinternaisasikan ke dalam diri individu. Akan menjadi kerangka referensi individu. Petunjuk bagi kita dalam mengatasi maslaah kehidupan menjalin hubungan sosial dengan orang lain. Membantu pula mengatur dan memberikan makna dan kesatuan yang bulat terhadap kepribadian kita



C. Perbedaan Etika, Etiket, Moral, dan Agama

Batas antara etika dan etiket sangatlah tipis. Padahal sangat berbeda satu sama lain. Persamaannya adalah bahwa etika dan etiket menyangkut tindakan dan perilaku manusia, etika dan etiket mengatur perilaku manusia secara normatif. Perbedaan etika dan etiket:

- Menyangkut cara perbuatan yang harus dilakukan oleh sesroang atau kelompok tertentu. Etiket memberikan dan menunjukkan cara yang tepat dalam bertindak.

- Etiket berlaku dalam pergaulan sosial, selalu berlaku ketika ada orang lain. Etika memerhatikan orang lain atau tidak.

- Etiket bersifat relative, terjadi keragaman dalam menafsirkan perilaku yang sesuai dengan etiket terntentu. Etika jauh lebih mutlak. Bisa sangat universal dan tidak bisa ada proses tawar-menawar

- Etiket hanya menyangkut segi lahiriah saja. Sementara, etika lebih menyangkut aspek internal manusia.

Perbedaan etika dan estetika:


- Pembahasan etika lebih menitikberatkan pada baik buruknya atau benar-tidaknya tingkah laku dan tindakan manusia serta sekaligus menyoroti kewajiban tanggung jawab manusiawi

- Etika berkaitan dengan apa yang menjadi dasar bahwa tindkaan manusia adalah baik atau buruk, benar atau salah.

- Etika terapan menjadi fokus perhatian, misalnya: kita mengenal etika profesi, kode etik, rambu-rambu, dll.

Estetika memiliki karakter:

- Mempermasalahkan seni atau keindahan yang diproduksi oleh manusia

- Estetika: estetika deskriptif dan estetika normative

- Estetika berkaitan dengan imitasi atau reproduksi realitas

Perbedaan Moral dan Hukum


Terdapat hubungan yang erat saling memengaruhi dan saling membutuhkan. Kualitas hukum ditentukan oleh moralnya. Undang-undang moral tidak dapat diganti apabila dalam suatu masyarakat kesadaran moralnya. Undang-undang moral tidak dapat diganti apabila dalam suatu masyarakat kesadaran moralnya mencapai tahap cukup matang. Moralpun membutuhkan hukum, moral akan mengambang saja apabila tidak dikukuhkan, diungkapkan, dan dilembagakan dalam masyarakat. perbedaan antara lain:

- Hukum bersifat objektif karena hukum dituliskan dan disusun dalam kitab undang-undang

- Norma bersifat subjektif dan akibatnya sering kali diganggu oleh pertanyaan

- Hukum hanya membatasi ruang lingkupnya pada tingkah laku lahiriah manusia saja

- Moralitas menyangkut perilaku batin seseorang

- Sanksi hukum bisanya dapat dipaksakan

- Sanksi moral satu-satunya adalah pada kenyataan bahwa hati nuraninya akan merasa tidak tenang

- Sanksi hukum pada dasarnya didasarkan pada kehendak masyarakat

Perbedaan Etika dan Agama

Etika mendukung keberadaan agama. Membantu manusia dalam menggunakan akal pikiran untuk memecahkan masalah. Etika mendasarkan diri pada argumentasi rasional. Agama menuntut seseorang untuk mendasarkan diri pada Wahyu Tuhan dan ajaran agama. Dalam agama ada etika dan sebaliknya. Kedua berkaitan, namun terpisahkan secara teoritis. Tidak bisa mengesampingkan salah satu diantaranya.

Perbedaan Etika dan Moral

Etika lebih condong kea rah ilmu tentang baiak atau buruk. Dikenal sebagai kode etik moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asa dan atau nilai yang berkenaan dengan baik buruk. Dua kaidah dasar moral:

- Kaidah sikap baik. Kita meski bersikap baik terhadap aja saja. Diyatakan dalam bentuk yang konkret.

- Kaidah keadilan. Kesamaan yang masih tetap mempertimbangkan kebutuhan orang lain. Harus dipikulkan harus sama, disesuaikan dengan kadar anggota masing-masing.



D. Unsur Pokok dalam Etika

Unsur pokok itu adalah kebebasan, tanggung jawab, hati nurani, dan prinsip-prinsip moral dasar. Kebebasan adalah unsur pokok dan utama dalam wacana etika. Bersifat rasional ketika etika selalu mengandaikan kebebasan. Kebebasan adalah unsur hakiki etika. Kebebasan eksistensial adalah kemampuan manusia untuk menentukan dirinya sendiri. Mempunyai ragam yang banyak yaitu kebebasan jasmani rohani, kebebasan sosial, kebebasan psikologi, kebebasan moral.

Tanggung jawab adalah kemampuan individu untuk menjawab segala pertanyaan yang mungkin timbul dari tindakan. Tidak boleh mengelak, bila diminta penjelasan tentang perbuatannya. Hati burani adalah penghayatan tentang nila baik buruk berhubungan dengan situasi konkret. Nurani memerintahkan suatu tindakan menurut situasi, waktu, dan kondisi tertentu. Berhubungan dengan kesadaran. Kesanggupan manusia untuk mengenal dirinya sendiri dank arena itu berefleksi tentang dirinya. Hati nurani merupakan ungkapan dan norma yang bersifat subjektif.

Prinsip kesadaran moral adalah beberapa tartan yang perlu diketahui untuk memosisikan tindakan individu dalam kerangka nilai moral tertentu. Ada tiga prinsip dalam kesadaran moral: prinsip sikap baik, keadilan dan hormat terhadap diri sendiri merupakan syarat pelaksanaan sikap baik, prinsip sikap baik menjadi dasar mengapa seseorang untuk bersikap adil dan hormat.

E. Beberapa Isme dalam Etika

1. Egoisme


Tindakan atau perbuatan yang paling baik adalah memberikan manfaat bagi diri sendiri dalam jangka waktu yang diperlukan atau waktu tertentu. Bentuk dalam pemikiran hedonism dan eudaemonisme. Tema adalah perolehan kesenangan. Bahwa manusia menggunakan waktu dan kesempatan untuk bersenang-senang. Tesis utama adalah kebahagiaan. Kebagiaan adalh tujuan yang dicari oleh kodrat manusia. Merealisasikan bakat dan kesenangan diri.

2. Deontologisme

Baik buruknya tindakan tidak diukur dari akibat yang ditimbulkan, tetapi berdasar sifat tertentu dari hasil yang dicapainya. Keharusan etis yang harus dipatuhi. Deontologisme tindakan dan deontologisme aturan. Deontologis tindakan menyatakan bahwa baik dan burukny tindakan dapat dirumuskan dalam dan untuk situasi tertentu dan sama sekali tidak ada peraturan umum. Deontologisme aturan adalah bahwa kaidah morah dan tindakan baik-buruk diukur dari aturan yang berlaku yang berlaku secara universal, bersifat mutlak, dan tidak dilihat dari baik buruknya akibat perbuatan itu.



3. Utilitarianisme

Kaidah moral dan baik buruknya tindakan diukur dari akibat yang ditimbulkannya. Tujuan dari akibat yang ditimbulkannya. Tujuan tindakan adalah hasil yang timbul akibat perbuatan yang dikerjakan.

4. Pragmatisme


Pemikiran yang menyatakan bahwa perbuaan etis berhubungan dengan soal pengetahuan praktis yang dilakukan demu kemajuan masyarakat dan dunia. Lebih mengutamakan tidakan darpada ajaran. Perbuatan baik adalah perbuatan yang bisa dilaksanakan, dipraktekkan, mendatangkan hal positif bagi masyarakat. pragatisme ini berguna untuk menyeimbngkan antara kata dengan perbuatan, teori dan praktek.

F. Etika Komunikasi


Komunikasi diperlihatkan sebagai ilmuyang berhubungan dengan berbagai macam ilmu yang berhubungan dengan berbagai macam ilmu pengetahuan yang lain. Etika komunikasi mencoba untuk mengelaborasi standar etis yang digunakan oleh komunikator dan komunikan. Tujuh perspektif etika komunikasiyang bisa dilihat:

1. Perpektif politik, mengembangkan kebiasaan ilmiah dalam prkatek berkomunikasi, menumbuhkan sikap adil dengan memilih atas dasar kebebasan, penghargaan atas perbedaan.

2. Perpektif sifat manusia, kemampuan berpikir dan kemampuan menggunakan symbol.

3. Perspektif dialogis, proses transaksi diagonal dua arah. Sikap setiap partisipan ditandai oleh kualitas keutamaan, seperti keterbukaan, kejujuran, kerukunan, dll.

4. Perspektif situasional, relevansi bagi setiap penilaian moral. Memerhatikan peran dan fungsi komunikator, standar khalayak, derajat kesadaran, tingkat urgensi,dll.

5. Prespektif religious, kitab suci dpat dipakai sebagai standar mengevaluasi etika komunikasi.

6. Perspekti ultilitarian, mengevaluasi cara dan tujuan komunikasi dapat dilihat dari adanya kegunaan, kesenangan, dan kegembiraan.



7. Perspektif legal, disesuaikan dengan peraturan yang berlaku dan dianggap sebagia perilaku yang etis.

Kelebihan dalam buku ini adalah memberikan kita suatu pelajaran bagaimana kita harus mengunakan etika dimanapun dan sedang apapun. Dan filsafat memberikan pengetahuan apa yang kita pikiran untuk kedepan dan masalalu dan masalah dalam kehidupan. Dalam dua konsep ini sangat berharga bagaimana kita dapat menjadikannya satu menjadi lebih baik untuk seorang individu dan individu lainnya.

            Kekurangan dalam buku ini adalah Buku ini diterbitkan karena sudah cukup baik untuk
sebarkan oleh karena itu kekurangan dalam buku ini sulit untuk menemukannya.


Jumat, 10 Juni 2016

2 REVIEW Buku Pempek Palembang | PENULIS : Sumarni Bayu Anita, S.Sos., M.A.

  
REVIEW BUKU PEMPEK PALEMBANG
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Penulisan Kreatif
yang dibina oleh Ibu Sumarni Bayu Anita, S.Sos., M.A

SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN POLITIK
CHANDRADIMUKA PALEMBANG
2016

A.     IDENTITAS

Judul Buku
:
Pempek Palembang : Mendeskripsikan Identitas Wong Kito Melalui Kuliner Lokal Kebanggan Mereka
Penulis
:
Sumarni Bayu Anita
Penerbit
:
Leutikaprio
Cetakan
:
Pertama, Maret 2014
Jumlah Halaman
:
Xii + 190 hlm.; 13x19 cm



B.     PENDAHULUAN
Buku yang ditulis oleh Sumarni Bayu Anita merupakan buku pembuatan pertama. Pada buku kali yang di tulis oleh Sumarni Bayu Anita memiliki banyak pengetahuan yang ada di Palembang melalui kuliner dan untuk memberikan dalam menemukan sumber informasi tentang cara mengadakan yang ada di dalam buku. Selain itu, Sumarni Bayu Anita mengulas berbagai macam cara penelitian beserta dengan contohnya. Semoga apa yang disampaikan dalam mereview ini dapat bermanfaat kepada pembaca mengenai apa yang di tulis oleh Sumarni Bayu Anita.

A.    Ringkasan Bab
Edisi Pertama dari buku Sumarni Bayu Anita mengenai Pempek Palembang ini terdiri atas 5 bab.  Buku ini merupakan isi tentang dekripsi kuliner melalui pempek yang ada di Palembang. Menurut Sumarni Bayu Anita buku ini di ciptakan untuk menambah pengetahuan tentang Palembang beserta isinya.
Dari lima bab dalam buku Sumarni Bayu Anita adalah sebagai berikut:

Bab 1 : Pendahuluan
-          Pempek : Kuliner Khas Palembang
-          Kajian Tentang Makan dan Makanan
-          Teori Identitas Melalui Makanan
Bab 2 : Wong Kito dan Kotanya
Bab 3 : Wong KIto dan Kulinernya
Bab 4 : Wong kito dan Pempeknya
Bab 5 : Penutup

Adapun uraian singkat dari masing – masing bab, akan direview sebagai berikut :

Bab 1 :
            Pempek : Kuliner Khas Palembang
Pempek merupakan salah satu kuliner khas sumatera selatan umumnya dan Palembang khususnya. Menurut Made Astawan (2010), pempek adalah produk pangan tradisional yang dapat digolongkan sebagai gel ikan, sama halnya seperti otak-otak atau kamaboko di jepang.
            Bagi masyarakat Kota Palembang dengan luas wilayah 400,62  dan jumlah penduduk sekitar 1.451.776 jiwa ini, pempek dapat dimakan setiap saat, khususnya sebagai makanan selingan, tanpa mengenal waktu. Pempek terbuat dari bahan dasr ikan giling, tepung sagu, air, dan garam ini seelain memiliki nilai budaya juga memiliki nilai ekonomi dan gizi yang cukup tinggi. Kandungan gizi pada pempek adalah protein, lemak, dan karbohidrat yang diperoleh dari ikan dan tepung sagu. Ikan yang digunakan untuk pembuatan pempek sejatinya adalah ikan belida. Namun, karena semakin langka ikan purba yang mendiami sungai musi menjadikan banyak variasi ikan yang bisa dijadikan bahan untuk membuat pempek.
            Definisi sebagai wong kito semakin menguat seiring dengan perilaku tetap mengkonsumsi pempek meskipun sedang tidak berada di Palembang. Bahkan, bila kepribadian wong Palembang semakin tinggi untuk lebih menyukai pempek mereka memilih langsung diprduksi dari Palembang ketimbang dari kota-kota lain. Kenyataan ini berdampak pada terjadinya penguatan identitas kuliner yang berasal dari Palembang.

            Kajian Tentang Makan dan Makanan
            Makana sebagai pembentuk identitas. Identitas etnik dalam hal ini dapat dikenali dari masakan etnik yang punya karakteristik rasa khsusus. Contohnya, makanan minahasa ditandai dengan banyaknya pengunaan cabe dalam mengelolah daging anjing, tikus, atau kelelawar. Kuatnya rasa cabai, bahkan menghilangkan rasa daging itu sendiri(weichart,2004:67). Makanan yang dianggap sebagai lambang identitas suku bangsa atau nasional adalah makanan yang berasal atau dianggap dari kelompok itu sendiri.

            Teori Identias Melalui Makanan
            Dalam perkembangan kebudayaan, dengan adanya kontak-kontak social, ekonomi, udaya, dan politik. Adapun tiga bentuk menurut koentjaraningrat(1986), anta lain :

1.      Cultural system
2.      Social system
3.      Material culture
Ketiga bentuk kebudayaan itu merupakan satu system yang sangat erat kaitannya satu sama lain.
1.      Identitas
Identitas bukanlah lawan dan perbedaa, namun tergantung pada perbedaan. Dalam hubungan social, bentuk-bentuk perbedaaan yang berkarakter simbolis dan social ini dimapankan, paling tidak untuk sebagaian, lewat proyek bernama system penggolongan. Berikut akan ditelaah lebih jauh pentingnya penggolongan dalam budaya dan makna, dengan kasus sehari-hari, yaitu makanan.
2.      Identitas Melalui Makanan
Masakan adalah cara yang paling universal untuk mengubah sesuatu dari alamiah menjadi budaya. Masakan juga sebuah Bahasa yang lewatnya kita berbicara tentang diri kita dan tempat kita di dunia.
Mengonsumsi makana juga bisa mempunyai dimensi politis. Semua makanan, demikian pendapatnya, bisa dibagikan kedalam skema pengolongan ini.
( MENTAH > MASAK > BUSUK )

Bab 2 :
            Wong Kito dan Kotanya
            Identitas disini bekanlah esensi namun lebih dimengerti sebagai konstruksi, sesuatu dimana individu bertanggung jawab atas pembentukannya. Identitas kemudian dapat menjadi sebuah proses negosiasi dalam kemejemukan, sebuah strategi yang mana identitasnya senantiasa dalam gerak perubahan, berada dibawah paying daya-daya kultural dan social yang melampaui batasan-batasan kebangsaan, ras, kesukuan, agama, dan gender. Demikian halnya yang terjadi pada penduduk asli atau bumi putra yang berada dikawasan kota Palembang, sumatera selatan yang dikenal dengan sebutan wong kito.
            # Migrasi Perantauan Menuju Palembang
            Menurut pendapat para ahli, pada periode 40.000 tahun yang lalu jenis manusia purb meganthropus, pithecanthropus dan jenis homo telah mengalami kepunahan (Utomo, 2012). Proses migrasi awal menunjukan bahwa populasi kepulauan Indonesia berasal dari bangsa Australia Melanesia (Australoid) Mongoloid ( Atau lebih khusus lagi adalah mongoloid selatan. Setelah itu dating lagi gelombang migrasi kedua, yaitu bangsa melayu, protomelayu atau melayu tua yang berasal dari yunan atau wilayah provinsi cina bagian selatan.
            Hal ini juga menyebabkan kota Palembang memiliki beberapa wilayah yang menjadi ciri khas dari suatu komunitas, seperti kamoung Al Munawaar, Kampung Assegaf, Kampung Al habsyi, kuto batu, Kampung Jamalullahi, dan Kampung Alawiyyin yang merupakan wilayah komunitas Arab serta kampong kapitan dan rumah rakit di sungai Musi sebrang ulu yang merupakan wilayah komunitas cina.
            # Hibriditas Ras CIna di Palembang
            Pendatang cina terduga masuk Palembang pada masa kehancuran Kerajaan Sriwijaya sampai sebelum Kerajaan Palembang berdiri, atau tepatnya pada tahun1365-1407. Dengan watak sebagaia pedagang, maka mereka lahir kembali sebagai pedagang di Palembang.
            # Siapo Wong Kito?
            Kata Wong yang berarti orang jelas sebuah berasal dari Bahasa jawa. Hal ini ditengarai bila para pemimpin terakhir orang Palembang sebelum kolonialisme dating terbingkai dalam system kekuasaan feodalisme kesultanan Palembang Darussalam yang merupakan manusia-manusia dari tanah jawa. Sementara orang Palembang menyebut diri mereka sebagai wong kito atau wong kito galo. Sebutan wong kito galo menjadi lebih lekat didengar sejak tim sriwijaya fc Palembang Berjaya memenangkan pertandingan tingkat nasional.
            Ada tiga hal yang bisa membuat seseorang itu bisa disebut sebagai orang Palembang, yakni dari garis keturunan, dimisili, dan perkawinan.
           


# Sejarah Kota Palembang
            Menurut prasasti yang berangka tahun 16 juni 682 masehi, saat itu penguasa Sriwijaya Dapuntahi yang medirikan wanua(perkampungan) di daerah yang sekarang dikenal sebagaiKota Palembang.
            Berdasarkan topografinya, kota ini dikelilingi olehair, bahkan terendam oleh air yang bersumber baik dari sungai maupun rawa, juga air hujan.
            Factor inilah yang membuat Palembang menjadi ibukota Sriwijaya, yang merupakan kekuatan politik dan ekonomi di zaman klasik Asia tengara.
1.      Masa Kerajaa Sriwijaya
2.      Masa Perampok Cina
3.      Masa Kesultanan Palembang Darussalam
4.      Masa Kolonialisme Belanda
5.      Masa Penduduk Jepang
6.      Kota Palembang Kini (Dibawah Naungan NKRI)

Bab 3 :
            Wong Kito dan Kulinernya
            Arthur Asa Berger(2005) yang menyatakan bahwa makanan bisa menjadi salah satu tanda yang menyatakan identitas nasional, demikian halnya dengan makanan-makan yang berasal dari Kota Palembang yang juga menjadi salah satu pendukung varian kuliner nusantara.
           

# Kuliner Palembang dan budayanya
            Kebanggan wong Palembang terhadap keragaman kulinernya juga ditunjukkan oleh beberapa tokoh Palembang. Sebut saja Marzuki alie, Hatta Rajasa dan Alex Noerdin yang kompak memperkenalkan makanan khas Palembang di event “The Ancient Heritage Of Sriwijaya” yang berlangsung di Jakarta.
            # Pempek: Hibriditas Kuliner Wong Kito
            Bagi wong kito, saat mendenger kata pempek maka yang otomatis mereka rasakan, bayangkan, dan pikirkan adalah kenikmatan konsumsi pempek dan cukonya itu sendiri sekaligus visualisasi Kota Palembang yang terlintas di otak dan benak mereka.
            Dari terminology penamaan pempek sendiri ada dua versi cerita, yakni :
1.      Pempek berasal dari kata “apek”, yang dalam Bahasa cina berarti laki-laki tua yang diceritakan sebagai orang yang pertama kali menjual panganan yang terbuat dari ikan dan tepung sagu di sekitar Sungai Musi.
2.      Pempek berasal dari kata “dimpek-mpekkan”, yang dalam Bahasa Palembang adalah istilah cara membuat panganan yang terbuat dari ikan dan tapioca itu sendiri yang “dimpek-mpekkan”(diuleni berulang kali).
# Pempek dalam kaca mata straussian
Masakan adala cara yang paling universal untuk mengubah sesuatu dari alamiah menjadi
budaya.
1.      Tataran Bahan Mentah
2.      Tataran Proses Memasak Pempek
# Pempek: Aspek Penamaan dan Karakteristik
Dipahami art nama bagi kita masih dianggap penting Karena dari nama tersebut kita dapat
Meneliti sejarah nama itu atau mungkin kita dapat menarik kesimpulan apa dan mengapa nama tersebut diberikan. Namun, seperti penamaan untuk Palembang sendiri, nama untuk pempek ini sesungguhnya ikut menjelaskan tentang karakteristik orang Palembang.
            Berikut, kita dapat mengira bahwa nama-nama tersebut muncul hanya karena alesan-alesan yang sederhana.
1.      Pempek Besar
Ada dua golongan sebagai pempek besar, yakni pempek lenjer dan pempek kapal
selam.
2.      Pempek Kecil
Ada tujuh jenis pempek yang digolongan sebagai pempek kecil, yakni:
1.      Lenjer kecil
2.      Telur kecil
3.      Keriting
4.      Pistel
5.      Adaan
6.      Tahu
7.      Kulit
3.      Pempek panggang
Terdiri dari : pempek panggang, pempek lenggang, Otak-otak.
4.      Pempek Non-ikan
1.      Dos lenjer
2.      Belah
3.      Dos telur kecil
4.      Dos pistel
5.      Dos isi udang
6.      Dos nasi
7.      Pempek udang
8.      Pempek gandum
5.      Penganan Turunan Pempek
1.      Tekwan
2.      Model
3.      Laksan
4.      Celimpungan
5.      Rujak mie
6.      Kempalng dan kerupuk

Bab iv
Wong Palembang dan Pempeknya
Makanan pokok wong Palembang itu pempek,” menjadi kalimat identitas yang kerap kali
muncul laksana segurat hokum alam yang akan selalu dikenakan bagi mereka yang mau dikatakan sebagai wong Palembang.
# Pempek: Produk Budaya Vs Produk Pasar
Sejak kecil pempek diperkenalkan dirumah oleh ibu, ditemui dikantin sekolah, kampus,
kanto dan pasar. Pempek juga dapat dijumpai di tokok-toko, diemperan, dan ada juga yang menjual dengan cara berjalan masuk ke perkampungan sambil bersepeda, sambil membawa rantang, atau sambil membawa bakul.
# Pempek kelas atas sebagai wacana dominan
Dari identifikasi model ini, nyatanya pempek bagi wong Palembang memang menciptakan
kelas-kelas yang berdampak pada perilaku meraka sendiri dalam mengkonsumsinya.
Segi harga merupakan identifikasi kelas paling mudah untuk membedakan pempek-
pempek yang dijual di Palembang. Harga yang tertara di table pembedaan kelas pempek sendiri merupakan patokan harga untuk sebuah pempek kecil, yakni bawah (Rp500-Rp1.000), menengah //9Rp1.000-Rp3.000), dan atas (Rp3.000 ke atas). Harga ini muncul disebabkan karena bahan pempek itu sendiri, yakni jenis dan takaran ikannya, juga dengan melihat tempat dimana pempek itu dijual.
# Relasi Kuasa Antara Wong Kito dan Wacana Dominan Atas Pempek.
Pempek merupakan sebuah makanan rakyat yang lahir dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat, tetapi pada saatu pempek berkembang sekarang, dia tidak dilihat lagi sebagai makanan yang menyuarakan semangat perjuangan atas pihak lemah tersebut, malahan pempek menjadi gaya hidup kaum menengan atas dengan menganggapnya sebagai sebuah makanan mahal dan sulit dibuat.
            # Pempek sebagai konstruksi Identitas kultural Wong Kito
            Pempek adalah sumber bagi kontruksi identitas kultural sebagaimana wongkito menjalankan identitas kultural dan kompetensi kultural mereka untuk men-decode jenis pempek dengan cara tertentu.
            Berikut ini visualisasi tempat-tempat jualan pempek untuk memperkuat gambaran mengenai hal ini.
1.      Pempek Kantin Sekolah
2.      Pempek Gerobak atau Kaki Lima
3.      Pempek mamang sepeda
4.      Pempek rantang
5.      Pempek pasar
6.      Pempek took kecil
7.      Pmepek hypermarket
8.      Pempek restoran
9.      Website-website pempek online

# Pempek Bagi Wong Kito: Pendefinisian Ulang dan Reproduksi
Pempek sebagai identitas wong kito juga dapat ditinjau memalui bagaimana merekamelakukan pendefinisian ulang dan reproduksi atas pempek melalui pernyataan dalam bentuk symbol, gambar, atau pantun yang dapat dilihat dari kreatifitas mereka mengubah lagu mengenai Pempek Kapal Selam.
1.      Penjual pempeknya harus wong Palembang
2.      Bahan baku pempeknya berasal dari Palembang
3.      Standart pengelolahnya sama seperti pempek di Palembang
# Pempek pemersatu Wong Kito
Tidak hany menjadi makanan fisiologis semata, namun lebih dari itu. Pempek bagi wong
Palembang juga mengandung nilai-nilai kebersamaan, kebanggaan, dan jati diri.
            Selain sebagai pemersatu, pempek bagi wong Palembang juga dapat digunakan sebagai kontruksi dalam membangun identitas ke-lokal-an mereka.


Kelebihan dari buku Pempek Palembang, antara lain :
1.      Menambah pengetahuan tentang kuliner khusunya pempek Palembang.
2.      Menambah pengetahuan tentang asal mula kota Palembang melalui kerajaan di jaman kejayaan kesultanan.
3.      Memberi pelajaran dalam membuat pempek
4.      Dan buku ini juga tidak hanya tentang pempek ataupun kotanya tetapi ini memnjadi bagian bahwa buku ini memberi tahu bahwa pempek adalah identitas dimana makanan itu lahir.

Kekurangan dari buku Pempek Palembang, antara lain :
Buku ini diterbitkan karena sudah cukup baik untuk di sebarkan oleh karena itu kekurangan dalam buku ini sulit untuk menemukannya.